Istilah cinta itu buta terkadang benar-benar berperan dalam sebuah
hubungan. Jadi, jangan heran jika banyak orang tak menyadari adanya
kekerasandalam hubungan mereka. Karena menganggap pasangan adalah
segalanya, ia rela melakukan apa pun demi pasangan. Bahkan ia juga rela
diperlakukan kasar dengan “sesekali bolehlah!” atau “ya,memang begini
konsekuensi berpacaran!”
Ini persepsi yang salah dan harus segera dihentikan. Mengapa?
§
Melanggar hak asasi : segala bentuk kekerasan, termasuk dalam
hubungan, merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Dan sebagai warga
Negara, perempuan pun berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari
segala bentuk kekerasan.
§ Meninggalkan luka fisik :
bila kekerasan dalam bentuk fisik, perbuatan ini dapat menyebabkan rasa
sakit, jatuh sakit, atau luka berat
§ Menghilangkan
rasa percaya diri : bila kekerasan dalam bentuk psikis, perbuatan ini
dapat menyebabkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
kemampuan untuk bertindak, memunculkan rasa tidak berdaya dan
menyebabkan penderitaan psikis berat pada seseorang perempuan
§
Hargai diri sendiri : jadi, jangan biarkan apapun yang tidak kita
kehendaki terjadi pada tubuh kita. Ketika tubuh mulai dieksploitasi
untuk pertama kali, maka aka nada yang kedua, ketiga dan mungkin tidak
akan berhenti. Tunjukkan pada kekasih bahwa kita sangat menghargai
tubuh kita. Kalau dia benar-benar mencintai anda, diapun akan belajar
memahaminya
§ Kekerasan cenderung berulang : saat
pasangan sudah meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi
kekerasan, biasanya korban merasa ‘aman’ dan ‘percaya’. Faktanya,
kekerasan bisa terjadi seperti siklus atau lingkaran yang akan kembali
pada pola lama. Sesudah melakukan kekerasan, pelaku sering meminta maaf
dan berjanji tak akan mengulanginya. Jadi, tetaplah waspada karena
janji-janji si pelaku kekerasan seringkali sulit sipercaya.
§
Kekerasa ≠ cinta : ada anggapan bahwa cemburu maupun kekeraan dari
pasangan adalah bentuk perhatian. Bisa juga diartikan sebagai tanda
bahwa dia sangat mencintai kita. Faktanya, sikap itu hanyalah upaya
pasangan mengontrol kita agar patuh, tunduk dan selalu menuruti
kemauannya.
§ Kekerasan tidak melahirkan kemesraan :
setelah melakukan kekerasan pada kita, si dia akan semakin mesra?
Tahukah anda, ini adalah salah satu pandangan menyesatkan. Kalau
dipikir-pikir, tentu lebih banyak kekerasan yang dialami daripada
kemesraannya.
§ Tubuh kita milik kita : saat terikat
hubungan dengan seseorang, banyak perempuan membiarkan pasangannya
melakukan apa saja, karena anda sudah merasa miliknya. Padahal, tak
seorang pun berhak atas diri kita selain kita sendiri. Pasangan pun
tidak berhak memperlakukan anda seenaknya.
§ Perempuan
bukan objek kekerasan : anggapan lain mengatakan korban kekerasan juga
punya adil memancing pelaku. Faktanya, pelaku akan tetap melakukan
kekerasan walaupun korban tidak melakukan apapun. Justru ini adalah
upaya si pelaku membela diri dengan melemparkan kesalahan kepada korban.
§
Kita tak pantas menerimanya : hal klasik yang muncul dalam kasus
kekerasan hubungan adalah perasaan menyalahkan diri sendiri dan merasa
“pantas” diperlakukan seperti itu. Ayo, hentikan pikiran itu. Kita tak
pantas menerima perlakuan kasar pasangan karena kurang memerhatikannya
atau mungkin kurang bersikap sabar padanya, dan lain-lain.
Sunday, July 15, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment